Sabtu, 01 Desember 2012


Nemu goresan tangan yang tak seberapa ini waktu aku buka - buka diaryku yang super alay. :D

TAK BERJUDUL

Apa yang harus kulakukan saat duniaku mencariku?
Aku sulit hidup tanpanya

Demikian dia selalu memanggil manggil jiwa dan rohku
Aku merasa tak sempurna jika aku berusaha melupakannya
Aku tersiksa dalam kerinduanku

Aku yang dulu pernah bermimpi kan menjadikan duniaku dunia mereka juga
Kini mimpi itu telah berpendar memudar raib dihembus angin
Tapi sesekali mimpi itu menghampiriku
Dia datang bersama semilir angin di kala langit penuh bintang
Dia bersama sama dengan dunia yang hampir kulupakan
Tersenyum simpul di atas mahkota malam
Seakan berbicara untuk mengembalikan kesadaranku
“Sadarlah.. kau juga hidup di dalamku...” ucapnya

Lalu aku tersentak, dalam kepalaku terjadi pertentangan yang menyakitiku
Aku tak dapat berkata apa
Karena aku  belum menemukan pencerahan atas kebingunganku sendiri
Sebuah bintang teramat terang tiba tiba berada di hadapanku
Dengan sinar dan panasnya aku dapat melihat walau dengan mata tertutup
Dapat merasa hatiku yang tengah bergejolak menyatukan seluruh perasaan yang hilir mudik di serambinya
Lalu aku mendengar bisikan, “sabarlah.. aku bukan meninggalkanmu... aku tak sanggup berlari darimu.. karena sejauh apapun ku berlari kau selalu dapat menemukanku..  Karena kau sendiri telah melekat dalam darahku...” bisikan itu keluar dari tubuhku

Tubuhku membisikkan banyak kata lagi hingga seluruh rasa dalam hati tadi tercurah sudah.
Ku kira cukup sudah penghakimanku
Namun rupanya kakiku masih tertahan
“bukan apa apa.. hanya saja aku belum mengatakan ini...
Aku pun dapat mengerti apa yang kau rasakan, asal kau jujur dan berkata kata seperti itu kepadaku. Aku bukian seterumu... aku adalah kamu. Sampai kau bisa menemuiku, aku akan menunggu dan berjanji tak akan pernah menghilang dari darahmu...”

Tubuhku ringan...
Aku lega...
Aku ada untuk duniaku dan tak ku sangka dunia yang kuanggap mati ternyata menawarkan persahabatan dan saling pengertian...

Yaa.. aku akan menjumpaimu..
Duduk lama ataupun berkata kata denganmu.
Bersama kita akan hadir di depan realitas lalu mengkompromikan kerja sama atas nama kebahagiaan dan kasih sayang
Kita akan jadi satu..
Ya, tinggal menunggu waktu...


(17 oktober 2010)


*gambar dari http://edukasi.kompasiana.com



Jumat, 23 November 2012



MAKALAH PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE MODEL TGT DAN GI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Model pembelajaran adalah bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah rangkaian strategi, metode, dan teknik pembelajaran dalam satu kesatuan yang utuh. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Menurut Arends (1997), model pembelajaran menyiratkan sesuatu yang lebih besar daripada strategi, metode, atau langkah-langkah. Model pembelajaran mencakuppendekatan, luas keseluruhan pembelajaran. Sebagai contoh, model pengajaran berbasis masalah (problem-based instruction) melibatkan kelompok kecil siswa yang bekerja sama untuk memecahkan masalah demi kepentingan bersama kelompok. Dalam model ini, siswa menggunakan berbagai keterampilan berpikir pemecahan masalah dan langkah-langkah kritis. Dengan demikian, satu model pembelajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan metodologis atau prosedural seperti mendefinisikan masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, melakukan diskusi dan berdebat menemukan temuan, bekerja bersama-sama, menciptakan karya, dan presentasi. Model pembelajaran memiliki empat atribut strategi atau prosedur yang khas yaitu (Arends, 1997):
·           Dasar pemikiran teoritis yang koheren
·           Ditujukan pada hasil belajar
·           Diperlukan perilaku mengajar
·           Diperlukan struktur kelas
Arends (1997) juga menyatakah bahwa model pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks mereka (pola berurutan), dan sifat lingkungan belajar mereka. Penggunaan model yang khas memungkinkan guru untuk mencapai beberapa tujuan pembelajaran. Model pengajaran langsung (direct instruction) misalnya, adalah metode yang baik untuk membantu para siswa mempelajari keterampilan dasar seperti tabel perkalian atau tempat geography. Namun, tidak cocok untuk mengajar konsep-konsep matematika tingkat yang lebih tinggi atau membantu siswa memahami pengaruh topografi bumi pada produksi pertanian.
Sintaks dari model pembelajaran adalah tahapan-tahapan yang mengacu pada alurkeseluruhan atau urutan langkah dalam proses pembelajaran. Sintaks satu pelajaran menentukan apa jenis kegiatan guru dan kegiatan siswa yang diperlukan, urutan tindakanyang dilakukan, dan tugas tertentu yang diberikan pada siswa. Sintaks dari modelpembelajaran memiliki hal-hal tertentu yang sama. Misalnya, hampir semua perintah dimulai dengan memperoleh perhatian siswa dan membuat mereka termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan belajar. Demikian juga, kebanyakan model menggunakan beberapa bentuk langkah penutupan dimana guru dan siswa merangkum atau meninjau apa yang telah dipelajari. Sintaks dari model pembelajaran juga terdapat perbedaan. Urutan kegiatan pelajaran di pengajaran langsung (direct instruction) misalnya, jauh berbeda dibandingkan di pelajaran diskusi kelompok (group discussion lesson).
Masing-masing model melibatkan perberbedaan lingkungan belajar dan sistem pengelolaannya. Setiap pendekatan menempatkan permintaan yang berbeda pada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) misalnya, memerlukan lingkungan fisik luwes yang mencakup fitur seperti meja dipindah-pindahkan. Diskusi biasanya dilakukan ketika siswa duduk dalam lingkaran atau pengaturan tapal kuda. Sebaliknya, di pengajaran langsung (direct instruction) bekerja dengan baik jika siswa duduk menghadap guru. Demikian pula, pendekatan pengajaran yang berbeda membuat tuntutan tugas yang berbeda pada siswa, dan ini memerlukan strategi pengelolaan tertentu. Dalam pengajaran langsung, penting bagi siswa untuk diam dan memperhatikan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh guru. Namun, selama pembelajaran kooperatif, justru penting jika siswa berbicara satu sama lain.
Model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran Cooperative Learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model Cooperative Learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Model pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dan Group Investigation (GI) merupakan dua buah model pembelajaran koperatif yang akan diangkat dalam makalah ini. Model ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja berkelompok dan bekerja sama dengan orang lain.


1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran koperatif (Cooperative Learning)?
2.    Bagaimana sintaks pembelajaran model Team Games Tournament (TGT) dan Group Investigation (GI)?
3.    Apa kelebihan dan kekurangan model Team Games Tournament (TGT) dan Group Investigation (GI)

1.3         Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui pembelajaran koperatif (Cooperative Learning).
2.    Untuk mengetahui bagaimana sintaks pembelajaran model Team Games Tournament (TGT) dan Group Investigation (GI).
3.    Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model Team Games Tournament (TGT) dan Group Investigation (GI).


BAB II
PEMBAHASAN

2.1         COOPERATIVE LEARNING

2.1.1        Pengertian
Cooperative Learning (Pembelajaran Koperatif) adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada pendekatan konstruktivis. Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam Cooperative Learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Unsur-unsur dasar dalam Cooperative Learning adalah sebagai berikut : (Lungdren, 1994)
1.        Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”
2.        Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3.        Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.
4.        Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.
5.        Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6.        Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.
7.        Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok koperatif.
Menurut Thompson, et al. (1995), Cooperative Learning turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran koperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain.
Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Pada Cooperative Learning diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).

2.1.2        Ciri-ciri Cooperative Learning
Beberapa ciri dari pembelajaran koperatif adalah;
a.         Setiap anggota memiliki peran
b.        Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa
c.         Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya
d.        Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok
e.         Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin, 1993).
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik Cooperative Learning sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu:
a.         Penghargaan kelompok
Cooperative Learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
b.        Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
c.         Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Cooperative Learning menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

2.1.3        Tujuan Cooperative Learning
Tujuan Cooperative Learning berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari Cooperative Learning adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 1994).
Model Cooperative Learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:
a)        Hasil belajar akademik
Dalam belajar koperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa  memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan koperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, Cooperative Learning dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
b)        Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model Cooperative Learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Cooperative Learning memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan koperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c)        Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga Cooperative Learning adalah, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.


2.2.1        Pengertian Teams Games Tournaments
Teams Games Turnament (TGT) merupakan jenis pembelajaran yang berkaitan dengan STAD (Student-Teamss-Achivement-Division) dimana dalam pembelajaran ini siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang yang mempunyai kemampuan dan latar belakang yang berbeda untuk mencapai ketuntasan belajar. Dalam Teams Games Turnament (TGT) siswa memainkan permainan dengan anggota team lain untuk memperoleh tambahan poin pada skor team mereka. Permainan disusun dari pernyataan-pernyataan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk  mengetes pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian pelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan kelompok. Permainan itu dimainkan pada meja-meja turnamen. Setiap meja turnamen dapat diisi oleh wakil-wakil kelompok yang berbeda namun yang  memiliki kemampuan yang setara.
TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual (Robert E. Slavin, 2008).
TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu pertandingan permainan tim, siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim mereka. Permaianan disusun atas pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetahui pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian pelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan kelompok. Permainan itu dimainkan pada meja-meja turnamen dapat diisi oleh wakil-wakil kelompok yang berbeda, namun yang memiliki kemampuan setara. Permainan itu berupa pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen ini memungkinkan bagi tim untuk menambah skor kelompoknya bila mereka berusaha dengan maksimal. Turnamen ini dapat berperan sebagai review materi pelajaran.
Menurut Slavin (buku Etin Solehatin dan Raharjo), dalam model pembelajaran tipe ini setelah siswa belajar dan bekerja secara koopratif, siswa diajak dalam suatu permainan akademik yang disebut dengan Teams Games Tournaments. Pada permainan ini, yang dilakukan pertama kali adalah menempatkan siswa-siswa sebagai peserta tournament dalam meja-meja turnamen. Siswa-siswa tersebut mewakili kelompoknya masing-masing. Tiap meja tournament ditempati oleh empat atau lima orang peserta, dengan pedoman bahwa diusahakan agar tidak ada peserta berasal dari kelompok yang sama.
Permainan itu berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap-tiap siswa akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa dari semua tingkat untuk menyumbangkan dengan maksimal bagi skor-skor kelompoknya agar mereka berusaha dengan maksimal. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Turnament (TGT) dilaksanakan dalam beberapa tahap seperti :
1.        Tahap Persiapan
Pada tahap ini materi model pembelajarn kooperatif Teams Games Turnament (TGT) dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran dibuat lembar kegiatan dan lembar jawaban yang dipelajari oleh siswa-siswa dalam kelompok-kelompok.
2.        Menetapkan siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif
Kelompok-kelompok dalam kooperatif model TGT beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang yang terdiri dari siswa pandai, sedang dan kurang. Selain itu guru juga mempertimbangkan kriteria heterogensinya. Beberapa petunjuk dalam menentukan kelompok-kelompok kooperatif seperti berikut ini: 
a.    Merangking siswa
b.    Menentukan jumlah kelompok
c.    Membagi siswa dalam kelompok
d.   Menyiapkan siswa untuk belajar kooperatif
e.    Jadwal kegiatan
Kegiatan pembelajaran kooperatif terdiri dari 5 tahap kegiatan beruntun yaitu: penyajian materi, kerja kelompok, kegiatan kelompok, permainan tim, evaluasi dan penghargaan kelompok.
A.      Penyajian Materi
Kegiatan pembelajaran model TGT dimulai dengan penyajian material pelajaran yang ditekankan pada hal-hal sebagai berikut:
·      Pendahuluan
Menekankan pada apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan mengapa hal itu penting. Informasi tersebut ditujukan untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang mereka pelajari.
·      Pengembangan
ü Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari dalam kelompok.
ü Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan menghafal.
ü Sering mengontrol pemahaman siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
ü Memberikan penjelasan mengapa jawaban dari pertanyaan itu benar atau salah.
ü Beralih pada konsep lain, jika siswa sudah memahami masalahnya (Robert, 1998)
·      Latihan Terbimbing
a.    Menyuruh siswa mengerjakan soal-soal atau memberikan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang akan diberikan.
b.    Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal supaya mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
c.    Pemberian tugas tidak boleh menyita waktu terlalu lama dan langsung diberikan umpan balik (Robert, 1998)

B.       Kegiatan Kelompok
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Di samping untuk mempelajari konsep-konsep materi pelajaran LKS juga digunakan untuk melatih keterampilan dalam pembelajaran kooperatif terhadap siswa. Dalam kerja kelompok, setiap siswa mengerjakan tugas secara mandiri dan selanjutnya saling mencocokkan jawaban dengan teman sekelompok siswa masing-masing. Jika ada seseorang anggota yang belum memahami, maka teman-teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan. Jika ada pertanyaan sebaiknya menyatakan kepada semua anggota kelompok terlebih dahulu sebelum menanyakan kepada guru. Dalam kegiatan guru yang memonitor kegiatan masing-masing kelompok dan terlibat jika diperlukan.Sebelum memulai belajar dalam kelompok hendaknya guru menetapkan kelompok dalam kooperatif berikut ini:
1.         Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan teman kelompoknya telah mempelajari pelajaran.
2.         Tidak seorangpun siswa selesai belajar sebelum anggota kelompok menguasai materi pelajaran.
3.         Meminta bantuan pada teman satu kelompok sebelum meminta bantuan guru dan dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.

C.      Permainan Teams
Setelah diadakan kegiatan kelompok dan siswa sudah belajar dengan tuntas, maka kegiatan selanjutnya adalah permainan tim untuk memperoleh tambahan poin skor tim. Masing-masing siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain, permainan ini dilakukan dalam tahap berikut:
1.        Tiap-tiap kelompok memilih perwakilan kelompok yang dianggap memiliki kemampuan yang lebih.
2.        Tiap-tiap wakil kelompok menempati meja turnamen yang telah disediakan.
3.        Tiap-tiap siswa dari wakil kelompok yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan tersebut.
4.        Skor yang diperoleh siswa ini merupakan skor kelompok.



D.      Evaluasi
Masing-masing siklus disediakan evaluasi yang dilaksanakan selama 45 menit dengan jumlah soal 5 nomor Essay. Evaluasi dikerjakan secara mandiri dan siswa harus menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok. Hasil evaluasi digunakan sebagai hasil perkembangan individu.

E.       Penghargaan Kelompok
Dalam memberikan penghargaan terhadap prestasi kelompok terdapat tiga tingkatan penghargaan:
1.    Kelompok baik (good teams)
2.    Kelompok hebat (great teams)
3.    Kelompok super (super teams)

2.2.2        Langkah - langkah Pembelajaran TGT
Secara runtut implementasi TGT terdiri dari empat komponen utama, antara lain:
1.    Presentasi guru
2.    Kelompok belajar
3.    Turnamen
4.    Pengenalan kelompok.
a)        Guru menyiapkan
·      Kartu soal
·      Lembar kerja siswa
·      Alat/bahan
b)        Siswa dibagi atas beberapa kelompok
c)        Guru mengarahkan aturan permainannya
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyiapkan pelajaran dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim kelas menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.

2.2.3        Aturan (Skenario) Permainan
Dalam suatu permainan terdiri dari dua kelompok pembaca, kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan seterusnya sejumlah kelompok yang ada.
·      Kelompok pembaca bertugas :
1.    Ambil kartu bernomor dan cari pertanyaan pada lembar permaian
2.    Baca pertanyaan keras-keras
3.    Beri jawaban
·      Kelompok penantang I bertugas  menyetujui pembaca atau member jawaban yang berbeda.
·      Sedangkan kelompok penantang II bertugas :
1.    Menyetujui pembaca atau memberi  jawaban yang berbeda.
2.    Cek lembar jawaban

2.2.4        Kelebihan dan Kekurangan  Teams Games Tournaments (TGT)
Kelebihan TGT diantaranya adalah :
1.    Siswa lebih temotivasi untuk belajar agar dapat memberikan dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
2.    Meningkatkan interaksi siswa secara aktif dan melibatkan segenap kemampuan yang dimiliki siswa.
3.    Menuntut rasa tanggung jawab siswa untuk berbuat terbaik bagi kelompoknya.
4.    Meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kekurangan TGT adalah kurang efisien terhadap waktu yang ada karena membutuhkan waktu yang lama dalam persiapan turnamennya.

2.3         MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI)
2.3.1        Pengertian Pembelajaran Model Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajran yang memberikan kemungkinan siswa untuk mengembangkan pemahaman siswa melalaui berbagai kegiatan dan hasil benar sesuai pengembangan yang dilalui siswa. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal atau masalah-masalah yang diberikan oleh guru sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstuktur secara ketat oleh guru, yang dalam pelaksanaannya mengacu pada berbagai teori investigasi.
Pada investigasi, siswa belajar secara bebas, individual atau kelompok. Guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator yaang memberikan dorongan siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru juga berperan dalam mendorong siswa untuk dapat meperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kelompoknya. Kadang mereka memang memerlukan orang lain, termasuk guru untuk dapat menggali pengetahuan yang diperlukan, misalnya melalui pengembangan pertanyaan- pertanyaan yang lebih terarah, detail atau rinci.
Dengan demikian guru harus menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti di tengah jalan. Dapat disimpulkan, bahwa investigasi ialah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dpat diperoleh satu atau lebih hasil. Sedangkan investigasi kelompok ialah setrategi belajar kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik.

2.3.2        Ciri-Ciri Model Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Para siswa bekerja dalam kelompok- kelompok kecil dan memiliki independensi terhadap guru. Dinamika belajar kelompok (the dynamic of the learning group), menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.

2.3.3        Pelaksanaan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Seleksi topik Pengorganisasian kelompok, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang anggotanya heterogen. Tahap identifikasi topik, dimana siswa menentukan subtopik dari sebuah wilayah masalah umum yang biasanya digambarkan dulu oleh guru.
1.             Perencanaan kelompok
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah di pilih.
2.             Pelaksanaan investigasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah di rumuskan sebelumnya.
3.             Penyajian laporan
Siswa membuat laporan kerja kelompok dan dipersentasikan didepan kelas.

2.3.4        Langkah - langkah GI
Ada 5 (lima) sintaks /langkah/fase penting dalam model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, yaitu:
·      Fase 1: menggorganisasikan kelompok-kelompok kooperatif dan mengidentifikasi topik
Kedua tugas yang disebut di atas urutannya dapat bervariasi, sesuai dengan situasi. Guru dapat terlebih dahulu mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kooperatif sebelum mengidentifikasi topik pembelajaran, atau sebaliknya terlebih dahulu mengidentifikasi topik, baru kemudian mengorganisasikan siswa ke kelompok-kelompok. Bergantung pada topik yang dipilih pada fase 1, maka adalah sangat penting untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membangun kekompakan tim (kelompok), sehingga terbentuk solidaritas dan kohesi antar anggotanya. Perlu dicatat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe group investigation ini merupakan sebuah model pembelajaran yang kompleks, yang berbeda sama sekali dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, di mana tingkat kooperasi antar anggota kelompok harus benar-benar baik dan efektif. Agar apa-apa yang dilakukan oleh kelompok bermanfaat dan efektif, maka setiap anggota kelompok harus produktif dan mempunyai hubungan kooperasi yang baik satu sama lain.
·      Fase 2: Perencanaan Kelompok
Selama fase perencanaan kelompok, siswa harus menentukan batasan/cakupan penyelidikan mereka, mengevaluasi sumber daya yang mereka miliki, merencanakan suatu aksi/tindakan, dan menugaskan /memberikan tanggung jawab yang berbeda kepada setiap anggota kelompok. Pada model pembelajaran kooperatif yang lain, perencanaan kelompok jauh lebih mudah dibanding perencanaan kelompok pada group investigation. Bila semua anggota kelompok menyelidiki topik yang sama, tugas utama mereka pada fase ini adalah menentukan bagaimana cara membagi informasi dasar yang telah mereka miliki masing-masing. Jika anggota-anggota kelompok bertugas sendiri-sendiri untuk menyelidiki sub-sub topik, maka keputusan penting  pada fase perencanaan ini adalah bagaimana mereka seharusnya berkoordinasi, dan membagi tugas siapa yang akan bertanggungjawab terhadap informasi dasar, siapa yang mengumpulkan data, siapa yang menganalisis, siapa yang mengkombinasikan sub-sub proyek menjadi suatu keutuhan, serta siapa yang akan menulis laporan. Tugas-tugas demikian tentu amat rumit dan tidak dapat dibagi secara tegas. 
·      Fase 3: Mengimplementasikan penyelidikan (investigasi)
Kelompok-kelompok yang telah terorganisasi dengan baik pada fase 2, dan topik yang telah diidentifikasi pada fase 1, serta telah mempunyai rencana pemecahan masalah selanjutnya siap memasuki fase 3. Pada fase ini setiap kelompok akan mengimplementasikan penyelidikan/inkuiri. Biasanya fase 3 ini memerlukan waktu lebih panjang dari fase lainnya. Setiap kelompok memerlukan banyak waktu untuk mendesain prosedur pengambilan data, mengambil data, menganalisis, dan mengevaluasi data, dan mengambil kesimpulan. Menjaga agar setiap kelompok dan anggota-anggotanya bekerja secara efektif dan produktif, dapat saja sulit dilakukan karena kadang-kadang setiap sub-proyek/proyek penyelidikan berbeda kebutuhan waktunya. Laporan-laporan kemajuan setiap kelompok terhadap sub proyek/proyek penyelidikan mereka sangat penting pada fase iniagar guru dapat mengkoordinasikan usaha-usaha setiap kelompok dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan mereka masing-masing. 
·      Fase 4: Menganalasis hasil penyelidikan dan menyiapkan laporan
Saat siswa mengumpulkan informasi, maka informasi tersebut perlu dianalisis dan dievaluasi. Guru dapat membantu proses ini dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan secara kontinyu memfokuskan perhatian setiap kelompok pada pertanyaan atau masalah yang sedang diselidiki. Pada penyelidikan-penyelidikan yang panjang, siswa dapat saja kehilangan arah terhadap fokus pembelajaran/studi mereka. Cara lain untuk membantu siswa adalah dengan membantu mereka menganalisis hasil dengan meminta mereka agar selalu membagi penemuan-penemuan mereka terhadap anggota-anggota kelompoknya. Atau, guru dapat pula meminta siswa bereksperimen dengan berbagai cara dalam memberikan display data, bentuk diagram, dan tabel-tabel, sehingga setiap anggota dapat memahami hubungan antar data yang telah mereka kumpulkan.
·      Fase 5: Mempresentasikan hasil penyelidikan
Pada fase kelima ini ada dua tujuan yang harus dilakukan. Pertama adalah mendesiminasikan informasi; yang kedua mengajarkan kepada siswa bagaimana mempresentasikan informasi dengan jelas dan dengan cara yang menarik. Format fase terakhir ini dapat sangat bervariasi, misalnya: presentasi untuk seluruh kelas; presentasi untuk sebagian kelas saja; presentasi dalam bentuk poster; demonstrasi; presentasi melalui rekaman video; atau satasiun pusat belajar. Tugas siswa pada fase kelima ini amat bergantung pada jenis informasi itu sendiri, jenis audiens, dan pembuatan presentasi informasi secara menarik. Tugas-tugas pada fase kelima ini sangat berguna bagi hidup mereka kelak ketika terjun langsung ke masyarakat, dan sering tidak dipelajari pada kelas-kelas konvensional/tradisional.

2.3.5        Kelebihan dan Kekurangan Group Investigation (GI)
Setiap metode atau model pembelajaran pasti mempunyai ciri khas sendiri, mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dan berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Kelebihan :
Pembelajaran kooperatif ini terbukti lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-model pembelajaran individual yang digunakan selama ini. Keunggulan itu dapat dilihat pada kenyataan sebagai berikut :
1.      Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, dan aktivitas belajar.
2.      Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana.
3.      Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani mengemukakan pendapat.
4.      Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi.
5.      Penerapan pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa mengaktifkan kemampuan latar belakang mereka dan belajar dari pengetahuan latar belakang teman sekelas mereka (Nur, 1998:9)
6.      Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam (Davidson dalam Noornia, 1997:24)
7.      Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas.
Kekurangan :
1.      Pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI hanya sesuai untuk diterapkan di kelas tinggi, hal ini disebabkan karena tipe GI memerlukan tingkatan kognitif yang lebih tinggi.
2.      Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan.
3.      Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah.
4.      Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman.
5.      Guru membutuhkan persiapan yang matang dan pengalaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar kooperatif tipe GI dengan baik.




BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
1.    Cooperative Learning mengacu pada kelompok kecil yang melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994), dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda.
2.    Khas Cooperative Learning yaitu siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok koperatif dan tinggal bersama dalam satu kelompok untuk beberapa minggu atau beberapa bulan. Sebelumnya siswa tersebut diberi penjelasan atau diberi pelatihan tentang bagaimana dapat bekerja sama yang baik dalam hal:
·      Bagaimana menjadi pendengar yang baik
·      Bagaimana memberi penjelasan yang baik
·      Bagaimana cara mengajukan pertanyaan dengan benar dan lain-lainnya.
3.    TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yaitu pertandingan permainan tim, siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim mereka. Permaianan disusun atas pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang untuk mengetahui pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyampaian pelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan kelompok.

3.2         Saran
Dalam konteks pembelajaran,  agar guru dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, maka guru perlu memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada dasarnya guru dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya akan semakin memperkaya khasanah model pembelajaran yang telah ada. Model pembelajaran dari guru di suatu sekolah dapat saja berbeda dengan model pembelajaran dari guru di sekolah lain meskipun dalam persepsi pendekatan dan metode yang sama. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan menerapkan model pembelajaran tertentu yang di dalamnya terdapat pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach. Edisi Ketujuh/Buku Dua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta : Kencana