Aku
tidak kekurangan berkat semenjak kuputuskan berserah dalam perencanaan
Tuhan.Lahan untuk digarap terhampar luas di hadapanku. Semula ku kira aku bisa menyanggupi semuanya.
Aku terus menyemangati diri sendiri agar tetap bertahan. Karena aku percaya Dia
tahu apa yang terbaik untukku. Hari demi hari, kejadian demi kejadian,
persoalan demi persoalan silih berganti mewarnai perjalananku. Lalu aku sampai
pada titik ini. Saat aku berpikir, mungkin aku perlu bermeditasi sejenak untuk
memikirkan kembali semua yang telah terjadi dari titik awal keberangkatanku
sampai titik aku berada saat ini..
Lalu
kemudian aku ingin berkata, entah memang hanya ingin atau memang benar dari
kedalaman hatiku. “Sepertinya ini saatnya untuk tidak menggenggam semuanya.
Untuk memilih. Untuk memberikan kesetiaan tidak kepada banyak orang. Dan mencurahkan
seluruh perhatian demi kesempurnaan.” Karena tidak peduli betapa kuatnya aku
berusaha untuk mengumpulkan materi, selalu saja ada kebutuhan baru yang meminta
untuk dipenuhi. Mungkin itu pertanda sebuah peningkatan taraf hidup, namun
tetap saja ini semua mulai terasa aneh bagiku. Aneh karena tiba-tiba aku takut
merindukan masa - masa yang telah berlalu. Aneh karena aku mulai menimbang –
nimbang berapa harga kebersamaan. Dan aneh karena aku seperti kesulitan
memiliki diriku sendiri.
Aku
mungkin telah belajar masalah pilihan hidup, belajar arti perjuangan, dan
belajar membangun masa depan. Namun kini
aku bertanya bukankah pada akhirnya semua itu tergantung padaNya? Jadi mengapa
aku harus terlalu bersikukuh? Seakan aku bisa lakukan semua untuk jaminan atas
diriku dan keluargaku. Aku takut aku tidak bisa berhenti. Maka sebelum itu
terjadi aku harus memastikan bahwa aku masih diriku sendiri. Meyakinkan diriku
bukan materi yang terpenting. Karena aku
telah merasakan bahkan saat berada di tengah – tengah sgala kemewahan, aku
dapat diserang kehampaan ataupun ketidakbahagiaan.
Lalu
aku mulai merasa jatuh hati pada kata – kata “tetapi carilah dahulu kerajaan
Allah....” , terlalu terpesonanya sampai apa kata setelah itu tidak menjadi
penting buatku. Mungkin lelahku akan terbayar jika aku senantiasa mengalungkan
kata – kata ini pada leherku. Mungkin aku tidak akan terlalu banyak berpikir
dan bertanya – tanya pada diriku sendiri. Dan mungkin semuanya akan menjadi
lebih baik.
Walaupun
tidak tahu apakah benar atau salah, tapi aku adalah makhluk yang merdeka.
Kemerdekaanku datang dari Bapa. Saat ia menganugerahkan akal budi padaku.
Walaupun pada akhirnya rencanaNya yang terjadi, tapi aku mau meyakinkan diriku
bahwa aku juga punya kemampuan untuk mengetahui apa yang benar – benar ku
inginkan. Menuliskan ini bahkan menimbulkan banyak kata –kata baru lagi dalam
benakku. Namun jika aku terus mengikutinya maka mungkin tidak akan ada
ujungnya.
Wahai
diriku, jadilah apa yang kau mau. Tapi tunduklah pada pimpinanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar