Makalah ISBD kami dengan topik "Manusia dan Peradaban"
check this one out..!
check this one out..!
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang mempunyai akal,
jasmani dan rohani. Melalui akalnya manusia dituntut untuk berfikir menggunakan
akalnya untuk menciptakan sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya
sendiri maupun untuk orang lain. Melalui jasmaninya manusia dituntut untuk
menggunakan fisik / jasmaninya melakukan sesuatu yang sesuai dengan fungsinya
dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dan
melalui rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa dapat mengolah rohaninya
yaitu dengan cara beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Antara manusia dan peradaban mempunyai
hubungan yang sangat erat karena diantara keduanya saling mendukung untuk
menciptakan suatu kehidupan yang sesuai kodratnya. Suatu peradaban timbul
karena ada yang menciptakannya yaitu diantaranya factor manusianya yang
melaksanakan peradaban tersebut.
Suatu peradaban mempunyai wujud, tahapan dan
dapat berevolusi / berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Dari peradaban
pula dapat mengakibatkan suatu perubahan pada kehidupan social. Perubahan ini
dapat diakibatkan karena pengaruh modernisasi yang terjadi di masyarakat.
Perkembangan dunia IPTEK yang demikian
mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan
peradaban manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan
fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bias digantikan oleh perangkat
mesin-mesin otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi - formulasi baru
kapasitas computer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia
dalam berbagai ilmu dan aktifitas manusia.
1.2
Rumusan Masalah
Berpijak
dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimana Hakekat Manusia dan Peradaban?
2. Bagaimana Wujud dan Perkembangan Peradaban?
3. Apa
perbedaan antara kebudayaan dan peradaban?
1.3 Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini,
tujuan yang hendak dicapai adalah:
1. Mengetahui Hakekat Manusia dan Peradaban.
2. Mengetahui Wujud dan Perkembangan Peradaban.
3. Mengetahui perbedaan antara kebudayaan dan peradaban.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Peradaban
Peradaban
adalah suatu bentuk masyarakat atau kelompok budaya yang kompleks, dicirikan
oleh ketergantungannya pada pertanian,perdagangan jarak jauh, pemerintahan
berbentuk negara, adanya spesialisasi pekerjaan, kependudukan, dan stratifikasi
kelas.
“Peradaban”
sering disama artikan dengan “budaya”, tetapi dalam definisi yang lebih banyak
digunakan, istilah “peradaban” adalah sebuah istilah deskriptif untuk pertanian dan budaya perkotaan yang
kompleks.
Pengertian
“peradaban” diartikan juga sebagai prilaku normatif dalam konteks masyarakat di
mana cara hidup di perkotaan dianggap lebih unggul dari cara hidup “liar” atau
“barbar”. Konsep “peradaban” digunakan sebagai sinonim untuk superioritas
kelompok “budaya” (dan sering etis) tertentu.
Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian
kita terhadap perkembangan kebudayaan. Definisi peradaban menurut Koentjaraningrat menyatakan
bahwa peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan
indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan,
kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Dalam bahasa Inggris, istilah “peradaban” disebut civilization yang berarti penyempurnaan
pemikiran,tata krama, atau rasa”, (refinement of thought, manners, or taste”). Kata
ini mulai dikenal sejak kaisar Romawi, Justinian, pada abad ke-6, memimpin
konsolidasi hukum sipil Romawi dan menghasilkan kumpulan tulisan yang disebut Corpus Juris Civilis. Istilah ini
dimunculkan kembali pada abad ke-11 di Eropa Barat,dan sejak itu pengaruhnya
mulai terasa di Eropa.
Albert
Schweitzer, dalam The Philosophy of
Civilization, menemukan dua jenis pemikiran tentang peradaban dalam
masyarakat. Pertama menyangkut peradaban yang murni materi dan kedua menyangkut
etika dan material. Ia memahami “peradaban” sebagai totalitas dari semua
kemajuan yang dibuat oleh manusia di setiap wilayah tindakan dan dari setiap
sudut pandang sejauh kemajuan tersebut mendukung penyempurnaan spritual
individu sebagai kemajuan dari semua kemajuan.
Dalam
bahasa Indonesia, kata “peradaban” berasal dari kata “adab” yang berati akhlak
atau kesopanan,dan kehalusan budi pekerti. Seseorang dikatakan beradab adalah
apabila dia dapat menunjukkan perilaku
sopan dan mematuhi norma-norma yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat.
Dari
sisi pandang ilmu sosial, V.Gordon Childe,1942, peradaban dibedakan atas sarana
subsistensi mereka, jenis mata pencaharian, pola pemukiman, bentuk
pemerintahan, stratifikasi sosial, sistem ekonomi, literasi, dan ciri-ciri
budaya lainnya. Untuk subsistensinya, semua peradaban manusia bergantung pada
pertanian. Pertumbuhan makanan pada hasil pertanian menghasilkan surplus pangan,
terutama setelah menggunakan teknik pertanian intensif seperti irigasi dan
pergiliran tanaman. Surplus pangan juga membuat pembagian kerja dan aktivitas
manusia semakin beragam dan kemudian menentukan sifat peradaban. Peradaban
jelas berbeda dari pola hidup masyarakat lain.
Dibandingkan
dengan pola hidup masyarakat lain, “peradaban” mempunyai struktur politik yang
lebih kompleks, yaitu negara. Masyarakat negara lebih berlapis dari masyarakat lain; ada perbedaan
besar antara kelas - kelas sosial.
Morton
Fried, seorang ahli teori konflik, dan Elman Service, seorang teoritisi
integrasi, telah mengklasifikasikan kebudayayan manusia dengan basis sistem
politik dan kesenjangan sosial dalam empat kategori : Pertama, kelompok (band) pemburu-pengumpul yang biasanya egaliter, kedua kategori masyarakat
hortikultural/pastoral, ketiga
masyarakat dengan beberapa struktur bertingkat dengan mewarisi kelas sosial : raja,
bangsawan, merdeka, dan budak, dan kategori keempat
dengan hierarki sosial yang kompleks dan terorganisir berupa kelembagaan
pemerintah.
Ditinjau
dari sisi ekonomi, peradaban menampilkan pola kepemilikan dan pertukaran yang
lebih kompleks daripada masyarakat yang kurang terorganisir. Pada
peradaban awal diciptakan uang sebagai
alat tukar untuk transaksi yang semakin kompleks ini.
Peradaban
tulis menulis dikembangkan pertama kali oleh orang-orang di Sumeria. Hal ini
dianggap sebagai salah satu ciri peradaban yang mengiringi munculnya kompleks
birokrasi atau administrasi negara penaklukan.
2.1.1 Wujud dan Perkembangan
Peradaban
a. Wujud
Peradaban
Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur
budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka masyarakat
pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.
Tinggi
rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor:
a.
Pendidikan,
b.
Kemajuan
teknologi dan
c.
Ilmu
pengetahuan.
Wujud dari peradaban dapat berupa :
1. Moral :
nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan.
2. Norma : aturan, ukuran, atau pedoman yang dipergunakan dalam menentukan
sesuatu benar atau salah, baik atau buruk.
3. Etika : nilai-nilai dan norma moral tentang apa yang baik dan buruk yang
menjadi pegangan dalam megatur tingkah laku manusia. Bisa juga
diartikan sebagai etiket, sopan santun.
4. Estetika :
berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam keindahan, mencakup
kesatuan (unity), keselarasan (balance), dan kebalikan (contrast).
b. Evolusi Budaya dan Tahapan Peradaban
a. Gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana dimulai kehidupan baru dari
budaya meramu ke bercocok tanam. (revolusi
agraris)
b.
Gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin uap,
energi listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang. (revolusi industri)
c. Gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan TI dan
komunikasi dengan computer atau alat komunikasi digital.
2.2
Peradaban
Klasik Kuno
Peradaban
kuno sangat dipengaruhi oleh zaman pada periode anatara 600 SM – 400 SM di mana
serangkaian orang bijak, nabi, agama dan filsuf reformis, dari Cina, India, Iran,
Israel dan Yunani, mengubah arah peradaban selamanya. Julian Jaynes
menghubungkannya dengan “runtuhnya pikiran bikameral”, di mana ide-ide bawah
sadar hanya diakui sebagai subjektif, bukannya sebagai suara dari roh-roh.
William H. McNeill mengkajinya dari periode sejarah sebagai salah satu budaya
di mana kontak anatara peradaban sebelumnya terpisah dengan melihat “penutupan
oecumene”, dan menyebabkan perubahan sosial dipercepat dari Cina ke
Mediterania, berhubungan dengan penyebaran mata uang,kerajaan yang lebih besar
dan agama-agama baru. Pandangan ini baru-baru ini telah diperjuangkan oleh
Christopher Chase-Dunn dan ahli teori sistem dunia lainnya.
2.3 Gugus Peradaban Dunia
Untuk mengenali
gugus peradaban dunia lebih spesifik, peradaban dunia sepanjang masa
dikelompokkan dalam beberapa gugus, yaitu :
a. Peradaban
Mediterania, meliputi : peradaban Yunani Kuno dan Hellenic, Phoenicia,
kekaisaran Romawi, Illyria, serta peradaban La Tene Celtic.
b. Peradaban
Timur Tengah, meliputi : peradaban Persia, Phoenix, dan Islam.
c. Peradaban
India, Hindu dan Buddha , meliputi : peradaban Post - Maurya India,
Kemaharajaan Gupta di India Utara, Kerajaan Chola di India Selatan, dan
peradaban Ceylon kuno.
d. Peradaban
Asia Timur, meliputi : peradaban Cina, Korea, Vietnam, dan peradaban Jepang.
e. Peradaban
Asia Tenggara, meliputi : peradaban Funan dan Chen-la, Angkor Kamboja,
Sriwijaya, Singhasari dan Majapahit serta peradaban Burma, Thai dan Laos.
f. Peradaban
Asia Tengah, meliputi : peradaban Tibet, Turki, dan Mongol.
g. Peradaban
Eropa, meliputi : peradaban Georgia dan Armenia, peradaban Kristen Barat,
Byzantium, Kristen Ortodoks Timur dan peradaban Russian; dan
h. Peradaban
Meso-Amerika, meliputi: peradaban Aztec dan peradaban Maya. (Wikipedia free
encyclopedia, 27 September 2009).
Berikut akan dijelaskan salah satu contoh
peradaban, yakni :
Peradaban Maya
Suku
Maya mendiami daerah Meksiko Selatan dan bagian-bagian Amerika Tengah lainnya.
Pusat kebudayaannya terdapat di Semenanjung Yukatan. Kota paling awal
berdirinya diperkirakan pada abad ke-3 di hutan Guatemala yang lebat dan yang
terakhir diperkirakan dibangun pada abad ke-10 dan abad ke-11 pada sebuah
dataran di Yukatan bagian Utara. Kota-kota ini merupakan peninggalan
orang-orang Maya yang memiliki tingkat kebudayaan yang tinggi dengan catatan
arsitektur paling beraneka ragam dan paling maju. Kebudayaan suku Maya ini
berkembang dari abad ke-1 S M sampai mulainya penggalan Masehi.
Kebudayaan
Maya berpusat pada kehidupan agraris. Mereka menanam jagung, merica dan
buah-buahan. Mereka memelihara kalkun dan anjing serta menangkap ikan di
sepanjang pantai. Mereka juga memintal kapas dan menjualnya ke tempat lain.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa orang-orang Maya melakukan kegiatan perdagangan
selain bertani. Mereka membawa barang dagangannya langsung pada pembeli yang
jaraknya sangat jauh di Amerika Tengah.
Organisasi
sosial yang dimiliki oleh suku bangsa Maya ini ditandai dengan berkuasanya
golongan elit yang kaya, yang juga melakukan perdagangan, golongan elit juga
berfungsi sebagai pemimpin upacara ritual dalam kepercayaan mereka. Mereka juga
termasuk golongan terdidik yang mempunyai hak istimewa untuk mempelajari ilmu
pengetahuan. Di luar golongan itu, ada para petani dan budak yang memiliki oleh
golongan lain. Bangsa Maya telah memiliki sistem tulisan yang mirip dengan
Hierogliyph. Tulisan ini digunakan untuk mencatat peristiwa penting. Tulisan
yang mereka kembangkan berfungsi pula sebagai sejarah pencatat kelahiran,
perkawinan, dan kematian raja-raja Maya.
Dengan
berkembangnya tulisan, ilmu pengetahuan pun berkembang, bangsa ini telah
mengenal kalender dengan tahunnya berjumlah 18 bulan yang tiap bulannya
berjumlah 20 hari, dan ada yang satu bulan berjumlah 5 hari. Sehingga pertahun
ada 365 hari. Mereka juga telah mengembangkan matematika. Selain itu, astronomi
ialah salah satu ilmu yang mereka kembangkan.
Bangsa
Maya kuno membangun sebuah monumen dan mendirikan kota batu megah untuk para
dewa. Sedikitnya ada 80 situs penting peninggalan orang-orang Maya bertebaran
di Amerika Tengah. Beberapa situs kuil bertinggi lebih dari 60 meter.
Kebudayaan
Maya berkembang dengan subur terutama di Guatemala dan Yukatan. Walau demikian,
kebudayaan itu dipengaruhi kuatnya kebudayaan Teotihuakan dari Meksiko bagian
tengah. Sebagai salah satu kota terbesar di dunia, kota Teotihuakan pada masa
puncaknya dihuni oleh sekitar 100.000 penduduk yang tinggal di dalam Adobe atau
rumah-rumah dari bata mentah dan memuja dewa di piramid besar dari batu yang
sampai kini masih banyak ditemukan di dekat kota Meksiko. Dari abad ke-4 sampai
abad ke-8 pengaruhnya menyebar di Amerika Tengah. Para arsitek serta tukang
mencontoh pola bangunan dan pola hiasannya. Bahkan setelah Toetihuakan jatuh ke
tangan orang-orang yang belum beradab pada tahun 700, wibawanya masih tetap
hidup.
Sebagian
besar bangunan yang berjumlah lebih dari 200 di Kaminaluyu sebagai tempat
peninggalan purbakala suku bangsa Maya di pinggir batar daya kota Guatemala
yang dibangun pada masa itu. Yang terbesar di antaranya adalah batu berbentuk
piramid yang tingginya lebih dari 26 meter dengan dua ruang makam di dalamnya.
Tubuh raja diletakkan di atas panggung kayu di pusat salah satu ruang makam.
Mayat ini dikitari tubuh-tubuh lain yang diduga jenazah orang-orang yang
dikurbankan untuk mengawal rajanya menempuh perjalanan ke dunia lain. Di dalam
ruangan ini juga ditemukan hiasan dari batu-batu berharga, tulang dan kulit
kerang, serta berang pecah belah yang menunjukan kekayaan kebudayaan tersebut.
Reruntuhan
Uaxactun adalah peninggalan di daerah Maya bagian tengah yang umurnya lebih
muda. Salah satu bangunan yang berupa pelataran bekas kaki kuil berbentuk
piramid bertangga terpancang dengan tampak muka berhias. Bangunan ini didirikan
sekitar tahun 250 Masehi. Peninggalan semacam ini ditemukan ini juga di daerah
Maya bagian utara.
Pada
jaman Klasik, tahun 300-500, kebudayaan suku bangsa Maya di daerah tengah
mengalami puncak kejayaan. Arsitekturnya berkembang dengan adanya peningkatan
mutu bangunan. Salah satu cirinya adalah dikembangkannya bangunan batu yang
sebagian besar merupakan bangunan suci seperti kuil atau biara. Kuil di Tikal
yang tingginya mencapai sekitar 888 meter adalah kuil tertinggi. Biara dalam
kebudayaan Maya kadang-kadang mencakup area yang sangat luas sehingga
menyerupai kota, lebih cocok disebut tempat pusat upacara keagamaan
dilangsungkan. Namun antara tahun 800 sampai 950, pusat kegamaan tersebut
satu-persatu dilupakan dan ditinggalkan orang. Bangsa Maya mengalami keruntuhan
karena penaklukan pasukan Hernando Cortez pada tahun 1521.
2.4
Peradaban dan Identitas Budaya
“Peradaban”
dapat juga menggambarkan identitas budaya dari suatu masyarakat yang kompleks.
Setiap masyarakat, baik yang dikatakan beradab maupun yang tidak beradab, memiliki
ide yang spesifik, adat istiadat, item tertentu dan seni, yang membuatnya unik.
Dalam hal seperti ini, peradaban lebih rumit dari budaya. Sastra, seni
profesional, arsitektur, agama, adat istiadat dan kompleks terkait dengan para
elite termasuk dalam peradaban ini. Peradaban senantiasa menyebar, untuk
memiliki lebih banyak, dan memperluas sarana yang digunakan untuk
melaksanakannya.
Namun
sampai hari ini (2009), beberapa suku atau orang-orang tetap tidak beradab dan
budayanya disebut oleh beberapa orang sebagai budaya “primitif”, tetapi bagi
sebagian orang istilah “primitif” ini mengandung arti merendahkan. Istilah
“Primitif” berasal dari bahasa Latin “primus” yang berarti budaya “pertama”.
Sebagai ganti istilah “primitif” banyak antropolog menggunakan istilah
“non-melek” (buta huruf) untuk menggambarkan orang-orang seperti ini.
(Wikipedia free encyclopedia, 27 September 2009).
Alkitab,
misalnya, sementara masyarakat lain menjadi beradab dengan budaya, orang Yahudi
telah beradab dengan standar “kesopanan” Bibel, sementara sebagian besar
sentimen Roma terfokus pada upaya memperoleh keadilan yang dilakukan dengan
cara “sipil”. Pada prinsipnya Alkitab Ibrani atau pendekatan terhadap keadilan
orang Yahudi, tidak pernah terbatas pada subjektivitas atau sekedar penampilan,
tetapi yang lebih penting, keadilan harus didasarkan atas prinsip-prinsip
objektif. “Pada akhirnya, tidak ada kebenaran atau “peradaban”abadi bagi setiap
manusia dalam ketiadaan moral yang tenang” (Ultimately,
there is no true or lasting “civility” for any man in the absence of moral
composure).
Banyak
sejarawan telah berfokus pada lingkup budaya yang luas ini dan memperlakukan
peradaban sebagai unit tunggal. “Salah satu contohnya adalah pada awal abad
kedua puluh filsuf Oswald Spengler, 1911, meskipun menggunakan kata Jerman “Kultur”, “culture” untuk yang kita
sebut “peradaban”, mengatakan bahwa koherensi peradaban didasarkan pada satu
simbol budaya utama. Siklus pengalaman peradaban dari kelahiran, kehidupan,
kemunduran dan kematian, seringkali digantikan oleh peradaban baru dengan
potensi budaya baru yang terbentuk di sekitar dan menarik simbol budaya baru.
2.5
Peradaban dan Teori Sistem
Dengan
menggunakan teori sistem, kelompok teoritis lain melihat peradaban sebagai
suatu sistem yang kompleks, yaitu sebuah kerangka di mana sekelompok objek yang
dapat dianalisis bekerja sama untuk menghasilkan beberapa hasil. Peradaban
dapat dilihat sebagai jaringan kota-kota yang muncul dari budaya pra-perkotaan,
dan didefinisikan oleh ekonomi, militer, diplomatik, dan budaya interaksi di
antara mereka. Setiap organisasi adalah suatu kompleks sistem sosial, dan
peradaban adalah sebuah organisasi besar. Teori sistem membantu menjaga melawan
yang supersifial tetapi menyesatkan
analog dalam studi dan deskripsi peradaban.
Sebagai
contoh, seorang “ahli perkotaan” (Urbanist), Jane Jacobs mendefinisikan kota
sebagai mesin ekonomi yang bekerja untuk menciptakan jaringan besar masyarakat.
Menurut pendapatnya, proses utama yang menciptakan jaringan kota tersebut
adalah “pemindahan impor” (“import
replacement”). Perpindahan impor adalah proses di mana “kelengkapan” (peripheral) kota-kota mulai
menggantikan barang dan jasa yang sebelumnya diimpor dari kota-kota yang lebih
maju. Perpindahan impor berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi di kota-kota
pinggiran tersebut, dan memungkinkan kota ini untuk kemudian mengekspor
barang-barang mereka, kuang berkembang kota-kota di daerah-daerah pedalaman
menciptakan jaringan ekonomi baru. Jacobs mengeksplorasikan pembangunan ekonomi
di seluruh jaringan luas, bukan memperlakukan setiap masyarakat sebagai lingkup
budaya yang terisolasi.
Sebagai
contoh, sampai abad kesembilan belas jaringan perdagangan jauh lebih besar
daripada jaringan lingkup budaya atau politik. Rute perdagangan yang luas,
termasuk Sutera melalui Asia Tengah dan Samudera Hindia menghubungkan rute laut
Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Persia, India, dan China, yang juga didirikan
2000 tahun yang lalu, ketika peradaban tersebut hampir sama dengan politik,
diplomatik, militer, atau hubungan budaya. Bukti pertama seperti pedagangan
jarak jauh dalam dunia kuno. Selama fase Uruk, Guillermo Algaze (2004)
berpendapat bahwa hubungan perdagangan yang menghubungkan Mesir Mesopotamia,
Iran dan Afghanistan). Resin ditemukan kemudian di makam-makam kerajaan Ur yang
diperkirakan diperdagangkan dari Mozambik ke utara.
2.6 Masa
Depan Peradaban
Ilmuwan politik
Samuel P. Huntington mendefenisikan peradaban sebagai budaya tertinggi kelompok
masyarakat dan tingkat terluas dari identitas budaya yang membedakan manusia
dari spesies lain (the hihghest cultural
groupingof people and the broadest level of cultural identity people have short
of that which distinguishes humans from
other species). Ia mengemukakan wacana “Benturan Peradaban” yang akan
terjadi pada abad ke -21. Menurut pendapatnya, konflik antara peradaban akan
menggantikan konflik antara negara-bangsa dan konflik ideologi yang menjadi
ciri abad ke-19 dan abad ke-20. (Huntington, dalam Simon & Schuster, 1996).
Beberapa ilmuwan lingkungan melihat
dunia memasuki fase peradaban Planetary, yang dicirikan oleh pergeseran
independent dari terputusnya negara-negara untuk peningkatan konektivitas dunia
global dengan lembaga-lembaga di seluruh, tantangan lingkungan, sistem ekonomi,
dan kesadaran. (Orion, 2008).
Untuk lebih memahami apa yang
dimaksudkannya Planetary Fase peradaban dapat dilihat dalam dilihat
dalam konteks penurunan sumber daya alam dan meningkatnya konsumsi, skenario
kelompok global yang menggunakan skenario analisis untuk sampai pada tiga pola
dasar berjangka yaitu :
(1) Barbarisasi
yang mengakibatkan meningkatnya konflik baik dunia atau menyelesaikan
merosotnya (breakdown) benteng
masyarakat;
(2) Konvensional
semesta alam, di mana kekuatan-kekuatan pasar atau reformasi kebijakan
perlahan-lahan mengendapkan endapan praktek yang lebih berkelanjutan dan,
(3) Transisi
Besar, di mana jumlah gerakan Eco-komunalisme yang terfragmentasi bertambah
sehingga dunia yang berkelanjutan atau usaha terkoordinasi secara global dan
inisiatif menghasilkan keberlanjutan paradigma baru.
Skala peradaban Kardashev mengklasifikasikannya
berdasarkan tingkat kemajuan teknologi, terutama diukur oleh jumlah energi
suatu peradaban yang mampu dimanfaatkan dan membuat ketentuan bagi peradaban
yang jauh lebih berteknologi maju daripada yang diketahui saat ini.
Skala ini bersifat teoretis dan sangat spekulatif.
Pengukuran ini digagas oleh astronom Uni Soviet Nikolai
Kardashev pada tahun 1964. Dalam skala Kardashev, terdapat tiga
pengelompokan, yaitu Tipe I, II,
dan III. Pengelompokan tersebut
didasarkan pada penggunaan energi suatu peradaban. Peradaban Tipe I telah mampu
menguasai energi planetnya, Tipe II tata suryanya, dan Tipe III galaksinya.
Peradaban manusia pada tahun 2010 diperkirakan baru mencapai tipe 0,72.
Diperkirakan umat manusia baru akan mencapai Tipe I dalam waktu seratus hingga
dua ratus tahun lagi. Tipe II baru bisa dijangkau sekitar beberapa ribu tahun
lagi, dan Tipe III dalam waktu 100.000 hingga jutaan tahun.
Peradaban
Tipe IV sempat diusulkan. Zoltan Galantai mendefinisikannya sebagai peradaban
yang mengendalikan seluruh energi di alam semesta.
Peradaban semacam itu ada di luar batas ilmiah saat ini. Sementara itu, dalam
bukunya yang bertajuk Parallel
Worlds, Dr. Michio Kaku membincangkan peradaban tipe IV sebagai mereka yang
mampu memanfaatkan sumber-sumber energi "luar galaksi" seperti energi hitam.
Kritik
yang muncul, adalah bahwa kita tidak dapat memahami peradaban yang lebih maju.
Kita tak mampu memperkirakan perilaku mereka, sehingga penggambaran Kardashev
mungkin tidak menunjukkan apa yang sebenarnya akan terjadi pada peradaban maju
di masa depan. Argumen ini dapat ditemui pada buku Evolving the
Alien: The Science of Extraterrestrial Life.
2.7 Runtuhnya
Peradaban
Peradaban tidak
langsung langgeng dan maju atau meningkat dari waktu ke waktu. Dalam sejarah
dunia sering terjadi suatu peradaban besar runtuh dan diganti peradaban baru
yang dimulai lagi dari awal, khususnya peradaban yang bersifat materil. Banyak
pendapat yang telah diajukan tentang keruntuhan peradaban (The fall of civilizations). Edward Gibbon dalam The Decline and Fall Kekaisaran Romawi mulai
tertarik pada tema Keruntuhan Peradaban, yang dimulai dengan divisi historis
dari Petrarch antara periode klasik Yunani Kuno dan Roma, sampai abad
pertengahan dan masa Renaissance. (Artsi, 2001.
http://www.artsci.Isu.edu/voegelin/EVS/Panel72001.html/Petrarch)
Gibbon berpendapat bahwa keruntuhan
Roma adalah wajar dan tidak terelakkan karena efek kebesarannya yang tidak
wajar. Menurut pendapatnya, kemakmuran mematangkan prinsip pembusukan; penyebab
kehancuran yang disebabkan tingkat penaklukan dan, segera setelah kecelakaan
menhapus dukungan artificial dan
menyerah kepada tekanan dari beratnya sendiri. Hal ini cukup mengejutkan karena
peradaban tersebut telah subsisted begitu
lama. (Gibbon, 2nd ed., vol. 4, ed. 4). Gibbon menyatakan bahwa tindakan
akhir keruntuhan Roma adalah jatuhnya Konstantinopel ke Turki Utsmani pada
tahun 1453 Masehi.
Berbeda dengan Gibbon, Oswald
Spengler, dalam “Decline of the West”
menolak divisi kronologis Petrarch dan mengatakan bahwa pertumbuhan budaya
cenderung berkembang ke arah peradaban imperialistis yang akhirnya runtuh,
dengan bentuk-bentuk pemerintahan demokratis yang mengantarkan peradaban ke
dalam plutokrasi dan akhirnya
imperialisme.
Jared Diamond dalam bukunya “Collapse: How Societies Choose to Fail or
Succeed” menunjukkan lima alasan utama keruntuhan 41 studi budaya :
(1) Kerusakan
lingkungan, seperti penggundulan hutan dan erosi tanah;
(2)
Perubahan iklim;
(3)
Ketergantungan pada perdagangan jarak jauh untuk memerlukan sumber daya;
(4) Semakin
tingginya tingkat kekerasan internal dan eksternal, perang atau invasi dan
(5) Tanggapan
masyarakat pada masalah-masalah lingkungan.
Peters Turchin
dalam Historical Dynamics dan Andrey
Korotayev et al. dalam Introduction to Social Macrodynamics, Secular
Cycles, and Millennial Trends berpendapat bahwa sejumlah model matematika
agraria menggambarkan runtuhnya peradaban. Sebagai contoh, model logika dasar
“fiskal-demografis” Turchin yang diuraikan sebagai berikut : selama fase awal
dari siklus sociodemographic kita
mengamati tingkat produksi dan konsumsi yang relatif tinggi per kapita, yang
bukan hanya mengarah untuk tingkat pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi,
tetapi juga relatif tingginya tingkat surplus produksi. Pada tahap ini penduduk
mampu membayar pajak, mengumpulkan aneka pajak sangat mudah, dan pertumbuhan
penduduk disertai dengan pertumbuhan pendapatan negara.
Peter Heather dalam The Fall of the Roman Empire: A New History
of Rome and the Barbarians berpendapat bahwa peradaban tidak berakhir
karena alasan moral atau ekonomi, tetapi karena kontak berabad-abad dengan
barbar di seberang perbatasan yang mengasilkan musuh sendiri dengan membuat
mereka jauh lebih canggih dan lawan berbahaya. Fakta bahwa Roma membutuhkan
pendapatan lebih besar untuk membekali dan memperlengkapi tentara yang berulang
kali kalah di lapangan, menyebabkan kemunduran Kekaisaran.
2.8 Modernisasi
Asal kata
modo artinya cara dan ernus artinya periode waktu masa kini. Modernisasi
sering dilawankan dengan tradisi, menjadi modern adalah merubah tradisi (to be
modern is to breaks tradition) dan “meninggalkan masa lampau”, berarti
meninggalkan cara-cara hidup masa lalu dan berusaha mencari kesadaran baru
dengan bentuk-bentuk ekspresif.
Pengertian menurut beberapa ahli :
- Koentjaraningrat
menyatakan modernisasi sebagai usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan
konstelasi dunia sekarang.
- Ogburn
dan Nimkoff, modernisasi harus mengarahkan masyarakat agar dapat
memproyeksikan diri ke masa depan yang nyata dan bukan angan-angan semu.
Bentuk Perubahan Dalam Modernisasi
:
·
Aspek Sosial Demografi
·
Proses perubahan unsur Sosial
·
Ekonomi dan Psikologi masyarakat
Ciri Manusia
Modern:
·
Sikap menerima hal baru,
·
Memiliki keberanian untuk berpendapat,
·
Menghargai waktu dan berorientasi ke
masa depan,
·
Memiliki perencanaan,
·
Percaya diri,
·
Perhitungan,
·
Menghargai harkat martabat orang lain,
·
Percaya pada iptek,
·
Imbalan harus sesuai dengan prestasi.
Syarat
Modernisasi :
·
Cara berpikir ilmiah yang telah
tertanam,
·
Sistem administrasi negara yang baik,
·
Sistem pengumpulan data baik dan
terpusat,
·
Iklim yang kondusif terutama media,
·
Tingkat organisasi dan disiplin yang
tinggi,
·
Desentralisasi wewenang
Gejala Modernisasi :
- Bidang budaya : ditandai dengan makin
terdesaknya budaya tradisional oleh budaya asing
- Bidang politik : semakin banyak negara yang
lepas dari jajahannya
- Bidang ekonomi : semakin kompleks
kebutuhan hidup manusia
- Bidang sosial : semakin banyak kelompok baru
Dampak
Modernisasi :
Dampak positif modernisasi adalah :
· Tercapainya kemajuan kebudayaan
bangsa
· Meningkatnya industri yang
memungkinkan masyarakat lebih sejahtera (lapangan kerja, barang konsumsi, volume
ekspor dan lain-lain)
· Meningkatnya efesiensi dan efektifitas
kerja, transportasi dan komunikasi
· Meningkatnya sector ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan kualitas sumber daya manusia.
Dampak negatif modernisasi antara
lain :
· Pudarnya pengetahuan tradisional
· Pudarnya sistem kepercayaan atau
religi tradisional
· Bergesernya nilai budaya akibat
kemajuan di bidang teknologi dan pengetahuan
· Melemahnya etos kerja tradisional
· Meningkatnya angka kriminalitas dan
kenakalan remaja
· Meningkatnya tingkat pencemaran
lingkungan
· Menimbulkan kesenjangan sosial
ekonomi
2. 9 Globalisasi
Banyak teori berpendapat bahwa seluruh dunia telah terintegrasi ke
dalam satu system dunia,sebuah proses yang dikenal sebagai globalisasi yang
berkaitan dengan peningkatan keterkaitan antarbangsa dan antarmanusia di
seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya popular dan
bentuk interaksi lainnya.
Menurut
beberapa ahli, yaitu :
Ø Wilkinson(2001), menjelaskan latar belakang
glpbalisasi dari Mesopotania dan Mesir yang disebut sebagai “Peradapan Tengah”,
yang diciptakanoleh ekonomi militer dan integrasi diplomatic dari Mesopotania
dan Mesir sekitar tahun 1500 SM.
Ø Lewis dan Harris(1992) mendefinisikan globalisasi
sebagai “konvergensi ekonomi dan difusi inovasi”. Ini menyiratkan
bahwapraktik-praktik ekonomi dan motivasi dari berbagai Negara akan menjadi
lebih mirip satu sama lain dan pengetahuan lanjutan akan mengalir dari
Negara-negara naju ke Negara yang ekonominya dianggab kurang maju.
Ø Robert A.Sirico(2009), dari sisi kerohanian
menjelaskan bahwa globalisasi sebagai paradigm baru untuk menggambarkan cara
dimana keluarga manusia dapat berhubungan satu sama lain. Globalisasi
meningkatkan keterkaitan antara semua bangsa dimuka bumi ini.
Proses
Globalisasi
1. Bangkitnya perekonomian internasional, ditandai dimulai dengan adanya perdagangan
1. Bangkitnya perekonomian internasional, ditandai dimulai dengan adanya perdagangan
internasional (adanya jalur dagang sutra
Cina 1000 - 1500 SM )
2. Dominasi perdagangan kaum Muslim di Asia dan Afrika
3. Eksplorasi dunia oleh negara-negara Eropa
4. Munculnya perusahaan - perusahaan multinasional
5. Runtuhnya komunisme dan menyebarnya kapitalisme
6. Pasar bebas
2. Dominasi perdagangan kaum Muslim di Asia dan Afrika
3. Eksplorasi dunia oleh negara-negara Eropa
4. Munculnya perusahaan - perusahaan multinasional
5. Runtuhnya komunisme dan menyebarnya kapitalisme
6. Pasar bebas
Dampak positif globalisasi
a. Masuknya nilai – nilai positif
(disiplin, etos kerja, pentingnya pendidikan).
b. Mempercepat proses pembangunan
karena perkembangan iptek.
c. Menumbuhkan dinamika terbuka dan
tanggap terhadap unsur –unsur pembaruan.
Dampak negatif globalisasi
a. Terjadinya cultural shock, yaitu
masyarakat mengalami disorientasi dan frustasi karena tidak siap menerima
kenyataan perubahan akibat globalisasi.
b. Terjadinya cultural lag yaitu unsur
– unsur globalisasi tidak berlangsung secara serempak.
c. Anomi, yaitu keadaan tanpa nilai
karena nilai dan norma lama telah ditinggalkan sedang nilai dan norma baru
belum terbentuk.
Pengaruh
globalisasi pada masyarakat membagi (shared) gagasan dan moralitas bersama
manusia, juga dapat menjadi positif yang tidak pernah tidak pernah terjadi
dalam sejarah masyarakat yag memiliki ide – ide dan karakteristik budaya yang
begitu mudah untuk dibagi. Disamping itu, globalisasi juga berpotensi besar
meningkatkan pelanggaran – pelanggaran martabat manusia. Pembangunan ekonomi
yang lebih besar berarti membutuhkan tambahan modal yang lebih besar. Bisnis
atau Negara dapat meningkatkan modal melalui pinjaman atau ‘’ investasi asing
lansung .‘’ korupsi, ketidakmampuan, atau keadaan dapat menyebabkan bisnis
atau pendapatan Negara lebih rendah
daripada yang diharapkan dan mengakibatkan krisis pembayaran utang yang dapat
mengakibatkan penghematan langkah – langkah yang tidak professional yang
menguntungkan kreditur dan menyakiti orang miskin.
Globalisasi
juga menimbulkan tantangan besar jangka panjang untuk budaya yang munculnya
keraguan yang meluas kepada adanya kebenaran universal dan abadi dan keraguan
terhadap penyalahgunaan kebebasan budaya. Pihak yang lemah tampaknya hanya
memiliki sedikit kekuatan untuk menawarkan budaya orang miskin, orang yang
belum lahir, orang tua, dan penyandang cacat yang menjadi beban harus
terpikirkan, terbatas, dan bahkan menghancurkan dan tidak diakui sebagai orang
–orang yang patut dihormati dan
soladaritas.
Hal-hal
yang dapat ditawarkan oleh proses globalisasi antara lain adalah agar
globalisasi dapat menjadi salah satu sumber daya besar yang membawa misi globalisasi universalitas untuk memastikan
pelayanan kepada manusia. Dengan ini manusia dapat saling melengkapi dengan
manusia di seluruh dunia. Bahwa kebenaran dan masyarakat disekitarnya
memberanikan kita untuk menyatakan secara tegas dan mutlak martabat setiap
setiap pribadi manusia. Tantangan didepan kita sekarang adalah menggunakan
informasi dan jaringan secara efektif untuk mengembangkan apologetika positif yang akan mempengaruhi pembawa budaya hari ini . (Robert A. sirico,
2009, action institute)
Globalisasi
dapat didefenisikan sebagai modal ‘’mengantarbangsakan’’ (transnationalization) produksi dan
mengantarbangsakan standardisasi dan homogenisasi selera konsumen. Hal
ini merupakan perluasan prinsip – prinsip, kebijakan, dan praktek kapitalisme
skala global yang dibantu oleh sarana riset modern, produksi, distribusi, dan
aliran uang yang cepat melalui sarana elektronik terkomputerisasi. Sekarang
globalisasi sangat ditentukan oleh Negara Negara dan kelompok – kelompok yang
kuat secara financial.(balasuriya,
2009),
http://www.religion-online.org/showhapter.asp?
Title =1449&c=1277)
2.10
Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar
budaya memiliki banyak defenisi namun pada dasarnya adalah orang-orang dari
berbeda latar belakang budaya berusaha untuk berkomunikasi atau bekerja bersama
sama. Tujuan komunikasi antar budaya adalah untuk membangun dan memahami
bagaimana orang –orang dari yang berbeda berperilaku dan berpikir dan orang
mengatasi perbedaaan perbedaaan antar – budaya dan membuat yng lebih baik.
Dalam
konteks global atau organisasi bisnis, komunikasi antar budaya melihat
bagaimana orang berkomunikasi (verbal
dan nonverbal), mengelola, bekerja sama, bernegosiasi beertemu, menyapa, menbangun hubungan dan
sebagainya, topik – topik ini sekarang
menjadi jauh lebih relavan dibidang bisnis dengan kerjasama
masyarakat antar budaya dan untuk bisnis
perdagangan luar negeri. Lebih memahami perbedaan komunikasi antar budaya, tata
krama, etiket, protokol dan gaya komunikasi tentu mengarah pada probabilitas
yang jauh lebih tinggi untuk mencapai tujuan bisnis. Akhirnya komunikasi antar
budaya dewasa ini berarti mendapatkan keunggulan dalam bisnis yang sangat kompetitif
dan cepat berubah dewasa ini.
2.11
Mengendalikan Globalisasi
G20
pada dasarnya adalah usaha yang teroganisir untuk mengendalikan proses globalisasi
yang mempengaruhi setiap individu negara temasuk Indonesia , kita perlu
memiliki pehamaman yang lebih mendalam tentang bagaimana globalisasi yang
menimbulkan resiko yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kehadiran Indonesia
dalam pertemuan G20 baru – baru ini diadakan di London telah meningkatkan
pengaruh negara di dunia. Ini adalah langkah strategis mengingat kegagalan
pemerintah Indonesia masa lalu peluang dalam memainkan peran lebih besar dalam
ekonomi politk global.
Para
pemikir social amerika seperti MaLuhan, Daniel bell, dan Alvin Toffer pada
dasarnya membayangkan globalisasi sebagai suatu ramalan. Globalisasi bukanlah
kenyataan yang didorong oleh kekuatan kekuatan alam, tetapi dibangun oleh
sebuah wacana intelektual yang kemudian membimbing gerakan ekonomi politik
dunia. Selama empat puluh tahun, globalisasi telah merambah hampir kesetiap
sudut dunia.
Dalam
in defense of globalitization, jagdish
bhagwati berusaha untuk menyoroti efek positing dari proses globalisasi dan
perspektif ekonomi international. Bhagwati berpendapat bahwa globalisasi
memainkan peran positif dalm meningkatkan kehidupan orang orang dunia ketiga,
dia merujuk ke india dimana globalisasi telah melakukan banyak kebijakan dalam
mengurangi pekerja anak, buta huruf dan perempuan kemiskinan. Hal ini sejalan
dengan argument yang dibuat oleh beberapa ekonom Indonesia yang menekankan
manfaat dari arus global ke Negara. Bhagwati dan sarjana pro- globalisasi lainnya mungkin
benar. Namun demikian setiap ilmuan social sangat menyadari bahwa setiap
perubahan dalam masyarakat selalu datang dengan konsekuensi yang tidak
diinginkan. Globalisasi tidak bebas dari aksioma ini. Seperti telah diuraikan
dalam ‘’ world risk society ‘’, Ulrich bekc berpendapat bahwa globalisasi tidak
hanya menghasilkan resiko merusak secara fisik tetapi juga resiko social
ekonomi yang didistribusikan diseluruh bangsa.
Untuk memahami bagaimana hal ini
mungkin, suatu kerangka imajinatif dari sosiolog Manuel Castell membantu
menjelaskan globalisasi sebagai proses integrasi dari setiap individu dan
kelompok mengelilingi bumi menjadi sebuah jaringan raksasa yang ditengahi
melalui infrstruktur informasi. Dia merujuk pada ‘’jaringan ‘’
(web) kompleks ini sebagai jaringan masyarakat. Konsep ini berguna untuk
mengungkapkan bagaimana globalisasi di bangun secara acak membawa resiko
jaringan masyarakat yang fatal. Seperti globalisasi yang di bentuk oleh
jaringan sistem lokal yang memfasilitasi pertukaran informasi, barang, modal,
dan tenaga kerja, yang sangat berstruktur jaringan, rentan terhadap dampak
parah akibat dinamika sosial-politik dari sistem lokal. Kerusakan di setiap sudut jaringan ini akan mudah
menyebar menciptakan kerusakan pada seluruh sistem. Risiko seperti ini juga
lazim terjadi pada sistem keuangan global yang di bentuk oleh jaringan lokal
lembaga keuangan independen. Jika salah satu lembaga lokal mengalami kerusakan,
selurun jaringan akan terkena risiko fatal. Ini adalah risiko globalisasi. Tapi
yang lebih penting risiko sistem keuangan global, seperti yang telah di amati
Boiden Deidre, tidak terletak pada sirkulasi modal, tetapi dalam sirkulasi
kepercayaan setiap aktor mencurahkannya ke sistem. Jika sirkulasi kepercayaan
tumbuh tipis, maka seluruh sistem keuangan global akan mengalami krisis
kemudian mungkin runtuh.
Pelajaran yang didapat Indonesia
adalah belajar dari risiko globalisasi. Ini adalah usaha yang relevan sebagai
bangsa yang berada dalam proses memilih pemimpin untuk lima tahun mendatang,
suatu periode di mana struktur globalisasi akan difigurasikan kembali. Siapa
pun mendapat kesempatan untuk memimpin negara perlu berhati-hati dalam
menghadapi globalisasi ini, tetapi tentu saja dengan mengisolasi negara dari
ekonomi global bukanlah arah yang bijaksana. Kebutuhan krusial negara adalah
mekanisme perlindungan untuk membatasi dampak negatif dari proses globalisasi
terhadap perekonomian nasional dan stabilitas sosial.
BAB III
PENUTUP
Peradaban adalah budaya tertinggi
dari kelompok masyarakat dan tingkat terluas dari identitas budaya yang
membedakan manusia dari spesies lain. Peradaban kuno berlangsung antara 600
SM-400SM di mana serangkaian orang bijak, nabi, agama dan filsuf reformis, dari
Cina, Irian, Israel dan Yunani, mengubah arah peradaban selamanya. Peradaban
dunia sepanjang masa di kelompokkan dalam beberapa gugus yaitu peradaban
Mediterania, Peradaban Timur Tengah, Peradaban India Hindu Budha, Peradaban
Asia Timur, Asia Tengah, Asia Tenggara, Kristen Barat, dan peradaban
Meso-Amerika
Penganut teori sistem melihat
peradaban sebagai jaringan kota-kota yang muncul dari budaya pra-perkotaan, dan
didefinisikan oleh ekonomi, politik, militer, diplomatik, dan budaya interaksi
di antara mereka. Ciri khas dari abad ke-21 terjadinya benturan peradaban.
Konflik antara peradaban akan menggantikan
konflik antara negara-bangsa dan konflik ideologi yang menjadi ciri abad
ke-19 dan abad ke-20. Kesusakan lingkungan, seperti penggundulan hutan dan
erosi tanah, perubahan iklim; ketergantungan pada perdagangan jarak jauh untuk
memerlukan sumber daya; semakin tingginya tingkat kekerasan internal dan
eksternal, perang atau invasi dan tanggapan masyarakat pada masalah-masalah lingkungan,
akan mengakibatkan keruntuhan peradaban.
Konflik teori dalam ilmu sosial
juga memandang bentuk peradaban sekarang sebagai peradaban yang didasarkan pada dominasi beberapa orang oleh orang lain,
tetapi tidak menilai masalah moral.
DAFTAR PUSTAKA
Gibbon,
1909, Decline and Fall of the Roman
Empire, 2nd Edition, Vol. 4 ed. by JB Bury (London, 1909), pp. Oleh JB Bury
, hlm. 173 – 174, dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Civilization#Derfinition
22 – 09 – 2009.
Huntington,
Samuel P.,1996, The Clash of
Civilizations abd the Remaking of World Order, (Simon & Schuster)
Tim
Dosen ISBD, 2012, Ilmu Sosial dan Budaya
Dasar, Medan : UPT – MKU Universitas Negeri Medan
http://www.action .org/publications/randl/rl_articel_483.php
http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Kardashev
http://luwesagustina.blogspot.com/2010/10/ringkasan-modernisasi-globalisasi.html
http://mohat.blogdetik.com/2010/05/23/sejarah-peradaban-bangsa-aztec-inca-dan-maya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Skala_Kardashev
http://luwesagustina.blogspot.com/2010/10/ringkasan-modernisasi-globalisasi.html
http://mohat.blogdetik.com/2010/05/23/sejarah-peradaban-bangsa-aztec-inca-dan-maya/
http://www.artsci.Isu.edu/voegelin/EVS/Panel72001.html/Petrarch
http://www.gtinitiative.org/documents/Great_Transitions.pdf
http://www.gtinitiative.org/documents/Great_Transitions.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar